Mengatasi Karyawan Lebih Pintar

Menguasai persoalan perkerjaan, bisa didapat dari teman, konsultan dan dari pegawai itu sendiri agar kita mampu mengatasi karyawan lebih pintar”.



Saat sekarang, bisa saja karyawan memiliki kemampuan lebih pintar dari pada bos, atau bos berkemampuan lebih rendah dari pegawai. Sehingga, karena merasa lebih pintar, karyawan menjadi seenaknya bekerja, bahkan mereka agak sombong atau jual mahal ketika disuruh, bekerja jadi lambat. Selain itu, ada lagi karyawan yang mengerjakan proyek lain secara diam-diam tanpa sepengetahuan pimpinan, karena mereka merasa, bos tak akan tahu apa yang dikerjakan. Mereka menganggap, bos tak bisa ngapa-ngapain, dan tak akan berani menegur, karena pikirnya, bos membutuhkan tenaganya.

Begitulah jika pimpinan memiliki kemampuan kurang. Ketika ada proyek, ia selalu mengandalkan anak buah, misalnya, untuk menghitung berapa proyek yang harus dijual, ketika membuat gambar agar menarik dan cepat, sampai meminta mempresentasikan, sering bergantung pada bawahan. Dan dengan begitu, banyak karyawan melawan ketika disuruh, atau sering bermalas-malasan dan memperhitungkan besarnya share untuk dirinya, ketika ada proyek.

Banyak perusahaan memiliki kondisi seperti itu, karena memang tak semua pimpinan menguasai berbagai macam keahlian. Tak semua pimpinan serba tahu, misalnya dalam hal : menguasai keuangan, akunting, IT, pemasaran, teknis proyek, desain, dlsb. Meskipun dalam hal lain, pimpinan punya kemampuan.

Pimpinan yang berlatar belakang keuangan, bisa saja penguasaannya sebatas ilmu keuangan. Sedangkan, pimpinan yang berasal ahli pemasaran, paling kuat menguasai tentang pemasaran, pimpinan yang menyenangi SDM, tentu penguasaan pekerjaan lebih banyak kepada pengembangan sumber daya manusia. Begitu juga berlatar belakang organisasi, akan lebih menitik beratkan kepada penataan organisasi perusahaan, dan banyak lagi model pimpinan lainnya, yang memiliki keahlian tertentu, termasuk kemampuan soal teknis, ia akan lebih ahli dalam pengerjaan proyek.

Untuk itu kita dapat melihat, dalam suatu perusahaan, pimpinan yang berasal dari akunting, dalam mengatur perusahaan sering lebih kepada penekanan administrasi keuangan, keluar masuk keuangan dicatat dengan teratur, serba catatan, serba jelas pertanggung jawabannya, sehingga bagi karyawan yang mau nakal akan cepat ketahuan, karena ketatnya pencatatan.

Bagi ahli organisasi, ia mengatur organisasi dengan efektif, dengan pengadaan tenaga terbatas, tetapi hasil dapat maksimal. Membuat struktur jelas, tak ada tumpang tindih, karena hirarki dan tanggung jawab seseorang dapat terlihat dari bagan organisasi yang dibentuk. Demikian juga pencapaian suatu pekerjaan, terlihat dari sejauh mana organisasi bisa mengatasi persoalan tersebut. Dan sebagai ahli organisasi mampu menggambarkan luasnya pekerjaan yang rumit menjadi lebih sederhana, dan hasil yang dicapai sesuai harapan pimpinan.

Begitu juga ahli pemasaran, ia akan lebih mengutamakan karyawan yang bisa menghasilkan pekerjaan lebih banyak. Karyawan lain, dianggapnya merupakan bagian yang membantu tugas pemasar. Dengan keahliannya, ia akan mensetting, perusahaan dan karyawannya agar lebih kepada market oriented. Semua karyawan diusahakan berkerja untuk kepuasan pelanggan, bagian produksi akan menghasilkan produk yang hanya sesuai kebutuhan pasar, bagian administrasi dan customer service, harus bertindak sopan, ramah, dana mau melayani konsumen dengan sepenuh hati, penuh senyuman dan keceriaan.

Lain lagi bagi pimpinan yang berasal dari ahli SDM, ia lebih percaya kepada SDM yang berkualitas, sehingga ia sering mengirim karyawannya, untuk ikut seminar, kursus-kursus singkat, sekolah lagi, agar kemampuan karyawan meningkat. Tanpa karyawan berkualitas, segala pekerjaan tak mungkin dikerjakan dengan baik.

Nah, mengingat pimpinan tak menguasai secara keseluruhan ilmu, pasti ada saja karyawan yang merasa pintar dalam bidang tertentu, sehingga karena kuatnya dalam penguasaan ilmu, mereka menganggap pimpinannya bodoh, tak tahu apa-apa, apalagi latar belakang pendidikan jauh dibawah pegawai itu. Bisa saja karyawan tesebut menyepelekan, dan kurang mendengar lagi perintah atasan.

Untuk itu, kita perlu mengatasi dan memiliki berbagai kiat dalam menghadapi prilaku karyawan yang memiliki kemampuan lebih, al:

Pertama, meningkatkan pengetahuan dasar, meskipun anda berlatar belakang ilmu tertentu, anda sebagai pimpinan perlu memiliki pengetahuan mendasar apa yang dikerjakan bawahan. Setidaknya arah pembicaraan bawahan dapat diikuti, dan lebih bagus lagi anda dapat memberi saran, sehingga bawahan akan merasa pimpinan tahu juga ya, tentang pekerjaannya. Dengan begitu, sebagai bawahan akan sadar, bahwa ia perlu mengikuti perintah atasan atau dapat sharing dalam memecahkan suatu persoalan.

Kedua, menggunakan konsultan atau bertanya kepada teman yang memiliki keahlian. Ketika anda menghadapi persoalan, untuk menghindarkan salah tafsir kekurang- mampuan anda menghadapi persoalan, anda perlu mendapatkan gambaran persoalan dan cara mengatasi dari konsultan. Atau bila tak mampu bayar konsultan, bisa bertanya kepada teman, bagaimana cara mengatasinya. Dan setelah mendapatkan cukup gambaran, anda bisa mulai berdikusi dengan bawahan, sehingga sharing pendapat antara atasan dan bawahan bisa berjalan, tanpa ada yang lebih menguasai dan tanpa ada yang merasa dibawahnya. Dengan begitu hasil maksimal dapat diraih.

Ketiga, membuat back up karyawan, sehingga bila satu karyawan agak malas, anda bisa manfaatkan karyawan lainnya, dengan begitu disitu terjadi persaingan dalam bekerja. Karena biasanya karyawan ingin memberikan hal terbaik buat pimpinan, agar pekerjaan mereka merasa diperhatikan bosnya. Sehingga segala rahasia tentang pekerjaan, sering diungkap, segala permasalahan dan bagaimana cara mengatasinya dapat segera diketahui secara terang benderang. Karyawan tak bisa berprilaku tak baik juga, karena kalau begitu, perhatian pimpinan, bisa beralih kepada karyawan lain yang memilik kemampuan yang sama.

Keempat, anda dapat ikut kumpulan organisasi, atau komunitas, sehingga segala perkembangan bisnis dapat dideteksi dari awal, informasi yang masuk akan selalu baru. karena dalam komunitas sesuai bidang pekerjaan, akan ada berbagai persoalan sebagai pembanding. Disana anda bisa urun rembug menghadapi persoalan, termasuk persoalan anda, sehingga persoalan yang dihadapi perusahaan lain, cara pemecahannya, dapat anda terapkan di perusahaan sendiri.

Sehingga, dengan penguasaan persoalan, tak ada lagi karyawan yang sombong, atau membandel bila disuruh, dan lambat dalam bekerja, serta tak ada lagi mereka yang bekerja tanpa sepengetahuan bos. Mereka akan menghormati pimpinan karena menguasai berbagai persoalan bisnis, termasuk bagaimana cara memasarkan, bagaimana cara mengatasi permasalahan organisasi, bagaimana mengatur keuangan, bagaimana menghadapi kerusakan jaringan IT, dlsb.

Dan dengan demikian, tidak ada lagi karyawan yang merasa lebih pintar. Sebaliknya, tim akan lebih kompak, menjadikan perusahaan akan sukses dan maju. Pimpinan dan bawahan akan berusaha mewujudkan visi dan misi perusahaan secara bersama.

1 komentar: